Minggu, 15 Juni 2014

Abrasi Jadi Ancaman Nyata di Pesisir

Abrasi Jadi Ancaman Nyata di Pesisir

INDRAMAYU 16/6/2014 - Abrasi menjadi ancaman nyata yang terdapat di kawasan pesisir saat ini. Aktivitas manusia yang hidup di pesisir turut menjadi salah satu penyebab munculnya abrasi.

Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya mengatakan hal tersebut di sela-sela peringatan Hari Lingkungan Hidup yang diselenggarakan Pertamina RU VI Balongan di Bumi Patra, Kabupaten Indramayu, Minggu (15/6/2014). Menurutnya, salah satu aktivitas manusia di pesisir yang mempengaruhi terjadinya abrasi adalah adanya kegiatan tambak yang tidak terkontrol.

"Ekosistem pesisir harus dilindungi. Pasalnya, negara kita merupakan negara kepulauan. Enam puluh persen penduduk hidup di sisi laut. Mayoritas bekerja di sana, entah sebagai nelayan atau penambak. Semua pihak harus melakukan upaya yang tegas dan konsisten untuk menjaga ekosistem pesisir," tuturnya.

Dia menambahkan, penanaman mangrove di kawasan pesisir bisa menjadi upaya signifikan untuk menjaga ekosistem pesisir. Menurutnya, mangrove memiliki arti penting bagi negara Indonesia yang berkarakter kepulauan. "Sebanyak 70 persen mangrove terbaik di dunia ada di sini," katanya.

Selain itu, dia beranggapan, adanya mangrove bisa berdampak kepada peningkatan produksi tambak udang. Balthasar mengatakan, berdasarkan penuturan para petambak udang yang sempat berbicara dengannya, produksi udang yang tadinya adalah 1 ton, menjadi 2 ton ketika di dekat tambak terdapat tanaman mangrove.

Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup tersebut, Balthasar bersama unsur Pemkab Indramayu, dan Pertamina RU VI Balongan, mengunjungi kawasan mangrove di Pantai Karangsong seluas 25 hektare.

Kawasan tersebut pertama kalinya digagas oleh kelompok petani Jaka Kencana. Saat ini, kawasan hutan mangrove itu akan dikembangkan menjadi Kawasan Ekowisata Mangrove dengan bantuan pendanaan dari Pertamina.

Di kawasan mangrove tersebut, Balthasar melakukan kegiatan simbolik berupa pemasangan tiang pancang untuk trek jalur lintasan. Nantinya, di kawasan tersebut akan dibuat semacam jalur bagi pengunjung yang tertarik menyusuri hutan mangrove di kawasan pesisir Karangsong. Selain itu, dia juga melakukan penanaman bibit pohon mangrove di lokasi yang sama.

Balthasar mengatakan, peletakan batu pertama ini merupakan titik awal baru bagi Pertamina untuk terus meningkatkan keunggulan lingkungannya dengan turut memverdayakan kesejahteraan masyarakat.

"Langkah ini sekaligus menjadikan sarana pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak muda Indramayu dan sekitarnya. Karena salah satu strategi yang paling berhasil bagi upaya perlindungan keanekaragaman hayati adalah dengan mempromosikan keanekaragaman hayati kepada generasi muda," katanya.

Sementara itu Bupati Indramayu, Anna Sophannah mengatakan, Kabupaten Indramayu telah ditetapkan sebagai pusat mangrove di Jabar. Pasalnya, luas area mangrove menjadi yang terbesar di Jawa Barat.

Menurutnya, luas yang terbesar ada di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, yakni mencapai 30 hektare. Menyusul kemudian Desa Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan. Dengan demikian, Desa Karangsong juga ditetapkan sebagai area wisata mangrove.

General Manager RU VI Balongan, Yulian Dekri menjelaskan Penanaman mangrove di pantai Karangsong, Indramayu dimulai sejak tahun 2010 sebagai bentuk nyata dari simbiosis mutualisme antara Pertamina sebagai entitas bisnis, bersama masyarakat setempat dalam memulihkan ekosistem pesisir pantai. (Muhammad Ashari/Deni/humasindramayu)

 

0 komentar: